Bukannya Gwen
tidak mencintai Badai, namun keadaan yang membuat Gwen menolak tawaran Badai
untuk menikah. Ketakutannya pada pesawat terbang mampu membuat Gwen menahan
rasa sakit ketika mengatakan akan mundur dari rencana mereka-menikah. Hubungan mereka terjalin sangat baik, begitu
pun kedua orang tua mereka. Badai mampu membuat Gwen menangis saat jatuh cinta
dan tertawa ketika di tikam rindu. Badai merasa ini
semua hanya masalah waktu, dimana ada jalur lain yang harus mereka tempuh.
“Sekarang atau nanti, kita akan bersama
lagi”. ucapan Badai yang begitu mencengkam hati Gwen pada saat itu.
Gwen mempunyai
mimpi untuk melakukan kegiatan sosial yang berhubungan dengan kehidupan
anak-anak jalanan. hal ini membawanya dekat dengan pria berkacamata bernama
Tristan. Gwen mendapati sosok Badai yang ada pada diri Tristan-ah Badai sudah
lama telah berlalu. Gwen banyak belajar dari Tristan, bagaimana kehidupan di
luar sana yang sesungguhnya dan bagaiman mirisnya kehidupan yang anak jalanan rasakan.
Gwen dan Tristan menjalani hidup mereka masing-masing. Gwen melanjutkan
kesibukannya yang baru-baru ini ia jalani bersama pria coffee shop-tempat pertama mereka bertemu.
sedangkan Badai meneruskan hobby nya mengelilingi dunia, yang entah sekarang ia
berada di belahan dunia mana.
Gwen berusaha
menggantikan bayangan Badai oleh Tristan, yang kini sudah begitu akrab dengan
Gwen. Tampaknya Gwen menerima sinyal-sinyal positif dari Tristan. Namun,
Tristan tidak ingin mengambil keputusan yang begitu cepat. Karena, ia masih
sangat mencintai Alma-mantan kekasihnya.
Ketika Gwen
mengalami suatu masalah dengan kegiatan sosialnya, Gwen merasa hanya Badai yang
dapat membantunya. Hal yang membuat Badai spesial bagi Gwen ketika ia selalu
ada di saat Gwen membutuhkan, sekalipun Badai sedang bereda di tempat yang
jauh.
Rasa takut yang
Gwen alami akan naik pesawat terbang nampaknya mulai surut, berkat sugesti yang
Badai berikan, tentang bagaimana menghilangkan aerophobia dan
mengatasi ketakutan berada di tempat baru.
Tibalah dimana
hari yang di tunggu-tunggu oleh Gwen. Perjalanannya menuju Eropa begitu
menegangkan, namun Gwen dapat menyikapinya dengan tenang.
Suasana yang
baru menyambut Gwen dengan hangat di Praha.
“Welcome
home, Kiddo.” Di susul dengan rengkuhan yang sangat kuat dari Badai.
Perjalanan Gwen
begitu menyenangkan, apalagi ditemani oleh Badai. Kemana pun Gwen mau Badai
selalu menemaninya, hal ini malah membuat Badai merasa bahagia.
Selanjutnya Gwen
melanjutkan acara travelling-nya bersama Badai menuju ke Salzburg. Dimana di
Salzburg mengadakan suatu event yaitu Kiss Stigma Goodbye
sebuah even untuk memberikan dukungan pada mereka yang hidup dengan HIV.
“Jadi, kita
harus ciuman?” Gwen merasakan panik yang berlebihan, Gwen dan Badai bukanlah
sepasang kekasih lagi. Wajar saja Gwen berlaku demikian.
Acara pun di
mulai, semua pasangan yang hadir di acara tersebut berpelukan dengan pasangan
masing-masing-termasuk Gwen dan Badai. Gwen dan Badai terbawa suasana, beberapa
detik kemudian, mereka berciuman dengan mata terpejam. Gwen merasakan kupu-kupu
di dalam perutnya bertebaran tak terkendali, hal ini membuktikan bahwa ia
sangat merindukan Badai. Gwen menunjukkan foto mereka ketika berciuman, pipi
Gwen memerah seketika. Badai mendapatkannya ketika acara tersebut usai.
“I love you, Kiddo.”
Kekecewaan
Gwen terhadap Tristan mulai menjadi. Ketika Gwen memikirkan Badai, Tristan datang lagi. Dan
Ketika ia menginginkan Tristan, Tuhan menjauhkannya. Gwen membuat Badai bingung
oleh sikapnya yang tidak memberi kepastian akan siapa yang ia pilih, Badai kah
atau… Tristan. Gwen bukannya ingin menggantung Badai, ia hanya bimbang antara
memilih Badai dan Tristan.
Setelah kejadian Tristan yang berbalik
mengejar Gwen, yang di balas dengan kekecewaan Gwen terhadapnya, Gwen berusaha
untuk menetralkan perasaannya yang melibatkan Badai dan Tristan.
Badai
sama sekali bukan orang yang mengerikan atau menakutkan seperti namanya. Dia
orang yang easy going, tidak banyak marah, ramah, dia sangat dicintai. Hanya
hati Gwen yang porak poranda karena perlakuan Badai terhadapnya.
Gwen
mengungkapkan bahwa selama setahun ini ia benar-benar mencoba menetralkan
hatinya. Gwen mengatakan bahwa hanya Badai lah yang mapu memberinya sugesti
menghilangkan takutnya sendiri, Gwen berfikir Badai telah membukakan dunia yang
indah untuknya. Apalagi setelah kepulangannya dari Eropa, Gwen selalu teringat
akan hal-hal yang pernah mereka lalui bersama.
Gwen
berani menentukan pilihan, yang dipikirkannya secara matang-matang. Kupu-kupu
di dalam perut Gwen beterbangan.
“Kita tidak akan berhenti bertualang,
sebelum sampai di bulan. Dan aku akan memastikan, kamu yang ada di pelukanku,
waktu aku menginjakkan kaki di sana.” bisik Badai pada Gwen.
Terima kasih sudah di-review novelnya :)
BalasHapus